MAAHADMUHAMMADI – Fenomena Bibit Siklon Tropis 93S kembali menjadi perhatian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta masyarakat Indonesia menjelang akhir Desember 2025.
Sistem cuaca ini dipantau secara intensif oleh BMKG karena berpotensi memengaruhi kondisi atmosfer dan laut di wilayah Indonesia, terutama di kawasan selatan Jawa dan sekitarnya.
Menurut BMKG, Bibit Siklon Tropis 93S terdeteksi sejak 11 Desember 2025 di wilayah Samudra Hindia selatan Jawa Timur dan dipantau terus oleh Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) Jakarta. Sistem ini bergerak perlahan ke arah barat daya menjauhi daratan Indonesia, namun tetap memberikan efek tidak langsung terhadap pola cuaca regional.
Koordinat posisi terakhir yang dipantau BMKG menunjukkan bibit siklon ini berada di Samudra Hindia barat daya Jawa Barat, dengan kecepatan angin dan pola sirkulasi yang cukup signifikan untuk memengaruhi atmosfer wilayah tersebut.
Meskipun 93S masih berada di laut dan belum berkembang menjadi siklon tropis penuh, BMKG mengeluarkan peringatan dampak tidak langsungnya terhadap cuaca di Indonesia. Beberapa efek yang diprediksi antara lain:
- Potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di sejumlah wilayah, termasuk Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.
- Angin kencang dan pola angin yang berubah, terutama di pesisir dan laut selatan.
- Peningkatan tinggi gelombang laut, dengan potensi mencapai hingga 4 meter di perairan tertentu pada periode 23–26 Desember 2025.
BMKG mengingatkan agar pelaku kegiatan kelautan dan masyarakat pesisir mewaspadai potensi gelombang tinggi tersebut, terutama selama musim liburan akhir tahun ketika aktivitas di laut umumnya meningkat.
BMKG menyatakan bahwa dalam 24–72 jam ke depan, bibit siklon ini masih berpeluang rendah untuk berubah menjadi siklon tropis penuh, tetapi tetap harus dipantau karena pola cuacanya dapat berubah seiring dinamika atmosfer.
Selain itu, dampak tidak langsung seperti hujan lebat dan angin kencang tetap menjadi perhatian BMKG, terutama bagi wilayah yang rawan banjir, longsor, atau gelombang laut tinggi. Masyarakat diimbau untuk selalu merujuk pada informasi resmi BMKG dan tidak terpancing informasi yang tidak akurat.